SPBU Swasta Tolak BBM Impor dari Pertamina karena Kandungan Etanol

ALASTA NEWS

- Redaksi

Sabtu, 4 Oktober 2025 - 06:26 WIB

50169 views
facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Jakarta – Perusahaan pemilik SPBU swasta seperti BP AKR dan Vivo menolak pasokan BBM impor dari Pertamina Patra Niaga karena mengandung etanol 3,5 persen. Padahal, etanol dikenal sebagai zat aditif yang umum digunakan untuk meningkatkan kualitas bahan bakar. Penolakan ini pun memunculkan tanda tanya di tengah upaya kolaborasi penyediaan BBM nonsubsidi bagi pihak swasta.

Wakil Direktur Pertamina Patra Niaga, Achmad Muchtasyar, mengungkapkan penolakan tersebut dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi XII DPR di Gedung Parlemen, Jakarta, Rabu (1/10/2025). Menurutnya, BP AKR dan Vivo awalnya bersedia melakukan pembelian, namun keputusan itu batal menjelang finalisasi kesepakatan.

“Awalnya, dua SPBU swasta berkenan membeli BBM base fuels sampai Jumat kemarin, yaitu BP AKR dan Vivo. Tapi, kemudian, Vivo membatalkan, tidak melanjutkan. BP-AKR akhirnya tidak juga,” kata Achmad di hadapan anggota dewan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pembatalan ini berkaitan dengan kandungan etanol dalam BBM hasil impor tersebut yang mencapai 3,5 persen. Meski masih di bawah ambang batas maksimal penggunaan etanol dalam bahan bakar (20 persen), kedua perusahaan enggan menggunakannya.

Penjelasan teknis datang dari pakar energi Institut Teknologi Bandung, Tri Yuswidjajanto Zaenuri. Ia mengatakan bahwa etanol, sebagai octane booster, memang berfungsi meningkatkan RON sebuah bahan bakar. Namun, kehadiran etanol juga membawa konsekuensi teknis terhadap mesin.

“Etanol bisa menyebabkan mesin cepat panas kalau kendaraan tidak mendukung pengaturan air fuel ratio secara otomatis,” ujar Tri, Kamis (2/10/2025). Selain itu, kendaraan lawas yang menggunakan material seperti karet alam dan tangki besi berisiko mengalami kerusakan akibat etanol, meski dalam konsentrasi di bawah 5 persen.

Ia menambahkan, teknologi mesin kendaraan di Indonesia sangat beragam. Tidak ada pembatasan usia kendaraan membuat keberadaan mobil-mobil dengan sistem lama masih dominan. Kondisi ini membuat BBM dengan etanol harus hati-hati digunakan.

“Di Indonesia itu ada teknologi mesin tua dan baru semua. Komponennya rawan terhadap etanol,” imbuhnya.

Senada, pengamat otomotif Bebin Djuana menekankan bahwa penggunaan etanol memang sah-sah saja dalam formula BBM, tapi bisa menimbulkan komplikasi saat dicampur dengan racikan dari pihak swasta. Ia menyebut wajar jika SPBU swasta menolak karena tak ingin mengambil risiko pada kualitas dan reputasi produk mereka.

“BBM yang dijual swasta pasti punya racikan sendiri. Kalau terjadi masalah pas dicampur, bisa berdampak ke kepercayaan konsumen,” kata Bebin. “Lebih baik menghindar daripada bermain-main dengan kualitas.”

Achmad dari Pertamina memastikan bahwa perusahaan plat merah tidak menutup peluang bagi kelanjutan kerja sama. Menurutnya, pasokan berikutnya bisa disesuaikan dengan spesifikasi yang dibutuhkan dan melalui negosiasi ulang bersama pihak swasta.

Kelangkaan BBM nonsubsidi, terutama dengan RON tinggi, sudah terjadi sejak Agustus. Pemerintah sempat memfasilitasi kerja sama pengadaan 1,2 juta barel BBM RON 92 dan 270 ribu barel BBM RON 98 dari impor khusus untuk peritel non-PSO (public service obligation), namun hambatan teknis seperti penolakan kandungan etanol membuat proses distribusi belum berjalan sesuai rencana.

Berita Terkait

BPN Kepri Gencarkan Transformasi Layanan, Perkuat SDM dan Jalin Sinergi Strategis dengan BRI
Presiden Prabowo Minta SPPG Tiru Dapur Polri, BGN Perketat Standar MBG
Dapur MBG di Bawah Polri Dinilai Tertib, DPR Minta Tak Ada Politisasi
Bulog Siapkan Beras Berkualitas Dukung Program Makan Bergizi Gratis
Presiden dan Wapres Akan Hadiri HUT ke-80 TNI, Persiapan Capai 90 Persen
Serapan Anggaran Meningkat Tiga Kali Lipat, Kemenkeu Ubah Skema Pencairan Dana Program MBG
9 Orang Positif Paparan Radioaktif di Cikande, Kemenkes: Sudah Dirawat, Tidak Bergejala
Ironi Petani Indonesia: Jumlah Terbesar, Upah Tertinggal Jauh

Berita Terkait

Jumat, 17 Oktober 2025 - 23:33 WIB

Pembangunan Gerai Kopdes Dimulai di Aceh Tenggara, Bupati: Semoga Bermanfaat

Jumat, 17 Oktober 2025 - 00:24 WIB

Miris, Kantor Camat di Aceh Tenggara Dipenuhi Semak dan Plafon Bocor

Kamis, 16 Oktober 2025 - 00:39 WIB

Polres Aceh Tenggara Tangkap Pelaku Penganiayaan Berujung Maut

Selasa, 14 Oktober 2025 - 12:40 WIB

Dharma Wanita Aceh Tenggara Gelar Pemeriksaan Kesehatan Gratis, Ajak Anggota Peduli Kesehatan Diri

Selasa, 14 Oktober 2025 - 00:00 WIB

Ketua TP PKK Aceh Tenggara: Sepuluh Program PKK Wujudkan Keluarga Sejahtera

Senin, 13 Oktober 2025 - 15:00 WIB

Peringatan HKG PKK ke-53: Bergerak Bersama Wujudkan Asta Cita Menuju Indonesia Emas

Minggu, 12 Oktober 2025 - 00:13 WIB

UGL Bersama Pemerintah Daerah Bahas Strategi Penegerian dan Peningkatan Akreditasi dalam Dialog Konsultatif di Kutacane

Sabtu, 11 Oktober 2025 - 16:38 WIB

Satresnarkoba Polres Aceh Tenggara Ringkus Dua Petani di Lawe Alas, Simpan Sabu Siap Edar di Pondok Kebun

Berita Terbaru

BANDA ACEH

SMPA: Ancaman Mutasi Bentuk Kepemimpinan Feodal yang Tidak Pantas

Minggu, 19 Okt 2025 - 09:21 WIB